Mengaktifkan Sholat Dhuha Guna Sinyal Pemancar Rezeki

Setiap orang mempunyai nasib yang berbeda, namun nasib seseorang bisa berubah tergantung orang tersebut mau mengubahnya atau tidak. Si A mempunyai nasib yang jelek sedang si B mempunyai nasib yang baik, tetapi apa yang menjadi ukuran bahwa antara A dan B mempunyai nasib yang berbeda? Jawabanya berada pada diri kita masing-masing. Dalam hal ini, saya memakai pemahaman bahwa “rezeki ibarat sinyal pemancar”. Jika kita memberikan argumentasi demikian, maka kita akan mempunyai bukti.
 
Contohnya, kita mempunyai HP  yang dekat dengan transit pemancar maka hasil dari sinyal yang ada di HP semakin baik atau kuat. Namun, jika HP tersebut jauh

dari transit pemancar maka sinyal yang didapat semakin lemah. Semakin jauh lagi dari transit pemancar maka sangat mungkin HP tidak akan mendapat sinyal, walupun HP tersebut haraganya mahal. Naumun, karena HP tersebut dekat dengan transit, walaupun harganya murah maka sinyal yang ada dalam HP akan baik atau kuat.
 
Begitu juga apabila seorang hamba yang selalu dekat dengan Allah, maka Allah akan selalu memberikan kemudahan kepada hambanya. Namun, apabila seorang hamba jauh dengan Allah maka ia akan seperti HP yang jauh dari transit sebagaimana contoh di atas. Segala macam tujuan dan keinginan orang yang dekat dengan-Nya akan mudah pula dikabulkan-Nya. Karena dengan kedekatan seseorang hamba kepada Allah malalui tahap-tahap seperti selalu berusaha dengan maksimal, menjaga shalat lima waktu dan shalat dhuha seperti halnya sebuah pesawat HP yang dekat dengan sebuah pemancar ataupun transit pemancar, maka “sinyal” dengan Allah pun semakin kuat. 

 
Allah SWT berfirman: “Maka orang-orang yang beriman dan beramal shahih, bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia. Dan orang-orang yang berusaha dengan maksud menetang ayat-ayat kami dengan melemahkan (kemauan unutk beriman) mereka adalah penghuni-penghuni neraka.” (QS.Al Hajj 22 : 50-51)

 
Demikian janji Allah kepada hambanya. Karena itu, tiada seorang yang dekat dengan Allah kemudian merasa disusahkan oleh-Nya dan tiada seorang yang jauh dari Allah yang akan merasa senang dan gembira. Terbukti, merka yang jauh dari Allah walaupun mempunyai harta yang melimpah, kehidupan seakan tidak berarti dan tidak mempunyai keseimbangan hidup. Tidak sedikit orang yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. Padahal orang tersebut terbilang mempunyai kehidupan lebih mapan, apabila dibandingkan dengan orang yang miskin, yang hanya makan satu hari satu piring nasi saja. Tetapi, karena dirinya tidak mempunyai keseimbangan hidup, segala macam persoalan dirasakan sebagai bancana hidup yang semakin menjerat.

 
Dengan demikian, betapa pentingnya seseorang dapat mendekatkan diri kepada Allah, karena hal ini lebih mengarah pada kekuatan jiwa seseorang. Tetapi, bagi mereka yang selalu menjauh dari kebesaran Tuhan, mereka akan mengalami hal-hal yang paling parah, hingga memutuskan kehidupannya dengan hal-hal yang justru merugikan dir sendiri. Terutama persoalan yang berkaitan dengan materi, banyak mereka yang terjebak dengan penguasaan jiwa yang tidak stabil, sehingga kehidupannya semakin hari kian terpuruk. Untuk itu, dari semua yang terungkap, mendekatkan diri kepada Allah SWT meruakan wujud dari dasar kepercayaan dan keyakinan diri untuk bias membiasakan dalam langkah yang baik dan stabil. Tidak ada orang yang lebih kuat dan sempurna dimuka bumi ini.

 
Namun, setidaknya dengan kekurangan itu kita semakin sadar bahwa kita membutuhkan pertolongan dari sang maha penguasa yakni Allah SWT. Hal mana jika berkaitan dengan rezeki, maka tidak ada yang dapat diminta pertolongan kecuali Allah. Dan, Allah pun maha pemberi karena Allah maha punya  dari segala yang punya. Dari Dia-Lah segalanya ada, dari Dia-Lah kita sangat membutuhkan segalanya. Allah adalah “pemancar” kehidupan para hamba-Nya yang sangat kuat dan tiada yang lebih kuat selain Allah SWT. Dan tiada stasiun pemancar yang lebih sensitive selain rahmat dan hidayah-Nya yang selalu dipancarkan kepada hambanya yang beriman.

 
Allah akan memancarkan sinyal kehidupan bagi hambanya yang mau menengadah. Untuk itu, aktifkan hati dan perasaan anda agar pesawat hati anda mendapat sinyal yang lebih kuat. Dari kekuatan kekuatan sinyal hati maka anda akan lebih mudah dalam menerima keridhaan dari-Nya. Hati anda semakin terbuka dalam menerima segala informasi yang berbentuk firman-firman Allah dalam Al-Qur’an. Karena, informasi yang berada dalam Al-Qur’an lebih berharga dari informasi yang lainnya. Dalam informasi yang berupa firman-firman-Nya akan anda jumpai konsep-konsep dan cara untuk membuka rezeki yang dapat memberi kebahagiaan di dunia dan akhirat. Allah pun tidak memandang hamba yang bewajah tampan atau tidak, cantik atau tidak, semua sama dalam pandangan-Nya. Karena, yang membuat sinyal itu kuat atau tidak tergantung jauh dekatnya seorang hamba kepadanya.
 
Oleh karena itu, jangan lupa iringilah selalu langkah usaha anda dengan mengistiqomahkan shalat dhuha. Sebab kenyataannya spiritual shalat dhuha dapat memberikan motivasi diri untuk selalu maju dan terus maju, disamping dapat memberikan arah gerak yang positif, terarahnya rencana dan dapat tercapainya tujuan. Sebab banyak orang yang sukses karena mengiringi usahanya dengan shalat dhuha. Demikian pula seorang teman saya, ia berkomentar, “Dengan sholat dhuha, segala rencana bisa berjalan dengan lancar tanpa halangan. Hal ini saya buktikan dengan perspektif ketika saya tidak melakukan shalat dhuha dan ketika saya melakukan sholat dhuha”.

 
Alhasil, dapat disimpulkan bahwa shalat dhuha merupakan shalatnya orang yang mempunyai kestabilan jiwa, bagaimana ia bisa melakukannya apalagi merutinkan jika hatinya saja labil. Benar bahwa jika shalat dhuha merupakan shalatnya orang-orang yang bertaubat. Sebab, kenyataannya untuk merutinkan shalat dhuha sungguh sangat berat bila tidak dipaksakan. Banyak dalih (alasan) yang mengatakan, “Sungguh aku lupa, karena aku selalu asyik dengan pekerjaanku. “ Bahkan, ada juga yang mengatakan, “ Rasanya malas sekali, karena ini waktu yang tanggung.” Ada lagi yang mengatakan, “Ah itu kan waktunya bekerja kok malah disuruh sholat, apakah kita mau makan shalat.” Dan seterusnya. 

 
Jangan ikuti pendapat itu, sebab itu hanya pantas diucapkan oleh orang-orang yang fasik, oleh orang-orang yang lupa dan oleh orang-orang yang tidak mempunyai prinsip hidup dinamis. Karena yang pasti kedinamisan hidup bisa dilihat dari orang hidupnya selalu seimbang. Seimbang keinginan lahir dan seimbang dengan kebutuhan spiritual. Dan kesimbangan ini bisa dibuktikan melalui aktifitas kerja yang diiring dengan melakukan sholat dhuha.